Silsilah fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah ta’ala

Pertanyaan :

Kami di negeri yang penduduknya di atas madzhab Syafi’i, dan mereka berpendapat disyari’atkannya qunut subuh, dan terkadang masyarakat memilih sebagian pemuda yang tidak berpendapat disyari’atkannya qunut subuh atau menunjuknya sebagai imam, apabila pemuda tersebut tidak qunut terjadilah kerusakan yaitu mereka tidak mau shalat di belakangnya, atau terjadi di sana permusuhan atau pertikaian, maka apakah boleh bagi orang yang menjadi imam melakukan qunut dengan mereka walaupun dia berpendapat tidak disyariatkannya qunut subuh dalam rangka menghindari mafsadah dan untuk melunakkan hati mereka, terlebih lagi apabila imam ini berusaha menyebarkan dakwah tauhid dan sunnah, sedangkan masyarakat mau menerimanya apabila dia mencocoki mereka pada qunut subuh, apabila dia (imam tersebut) menyelisihi mereka, mereka berkata; “ini imam bermadzhab Hambali” sehingga masyarakat tidak mau menerima ilmu darinya, maka berilah kami fatwa?

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah ta’ala menjawab :

“Tidak mengapa melakukan hal ini untuk melunakkan hati, tetapi bertahap berdakwah kepada mereka, maknanya: dia menyampaikan kepada masyarakat tersebut pelajaran-pelajaran yang menjelaskan bahwasanya qunut subuh ini bukanlah termasuk petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sampai mereka tenang dan mau menerima.

Imam tersebut melakukan qunut subuh untuk melunakkan hati mereka, tetapi – sebagaimana yang aku katakan kepadamu – sebagai pengenalan, karena qunut subuh adalah bid’ah. Dia tidak meninggalkannya secara langsung, imam tersebut memberikan pelajaran-pelajaran sekitar materi ini sampai jelas bagi mereka, dan mengatakan kepada mereka:

“Aku tidak mengikuti madzhab fulan atau fulan, ini adalah sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, karena sesungguhnya beliau melakukan qunut selama sebulan mendoakan kebinasaan untuk suatu kaum kemudian meninggalkannya dan beliau mendoakan kebaikan untuk kaum lainnya sampai Allah memenangkan mereka kemudian Rasulullah meninggalkan qunut.” (Selesai)

???? (Liqa’ Babil Maftuh ; 177)

➖➖➖➖➖????➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

السؤال:

نحن في بلدة أهلها على المذهب الشافعي، ويرون مشروعية القنوت في صلاة الصبح، وأحياناً قد يقدمون بعض الشباب ممن لا يرى مشروعيته، أو يعينه إماماً للمسجد، وإذا ترك القنوت تحصل مفسدة وهي أنهم لا يصلون وراءه، أو تحصل هناك خصومة وخلاف، فهل يجوز لمن يؤمهم أن يقنت بهم وإن كان ممن لا يرى مشروعية ذلك درءاً للمفسدةً وتأليفاً للقلوب، لا سيما إذا كان هذا الإمام يسعى في نشر التوحيد والسنة وهم يتقبلون منه إذا وافقهم في قنوت الصبح، وإذا خالفهم قالوا: هذا حنبلي ولا يقبلون منه شيئاً من العلم، أفتونا مأجورين؟

الجواب:

لا بأس أن يفعل هذا تأليفاً للقلوب، لكن يتدرج بهم بمعنى: أنه يلقي عليهم الدروس التي تبين أن هذا ليس من هدي النبي صلى الله عليه وسلم، حتى يطمئنوا ويقبلوا. يقنت للتأليف، لكن -كما قلت لك- يمهد لكونه بدعة، ولا يأتيهم بذلك مباشرة، يلقي دروساً حول هذا الموضوع حتى يتبين لهم ويقول: لست على مذهب فلان ولا فلان، هذه سنة الرسول صلى الله عليه وسلم. فإنه قنت شهراً يدعو على قوم وتركه، وقنت يدعو لقوم آخرين حتى نجاهم الله وترك القنوت. وسبحانك اللهم ربنا وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك.

???? المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب المفتوح [177]

????????????????????????????????????

 

???? WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
???? Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com

LIVE STREAMING RADIO INDAH SIAR 91.8 FM

???? Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.