Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Merayakan hari kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah dilakukan oleh Salaf (yakni para sahabat) radhiallahu anhum, meski ada peluang dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Kalaulah perayaan maulid ini murni suatu kebaikan atau lebih besar kebaikannya, pastilah kaum Salaf radhiallahu anhum orang yang lebih berhak merayakannya daripada kita. Karena kecintaan dan pengagungan mereka kepada Rasul lebih besar dari yang kita miliki, demikian pula semangat mereka dalam meraih kebaikan lebih besar daripada kita. (Iqtidha’ Shirathil Mustaqim: 2/122)

Hari kelahiran Nabi mempunyai keutamaan di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Berkata Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah: “Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun gajah. Peristiwa ini (yakni dihancurkannya tentara bergajah yang dipimpin oleh Abrahah ketika hendak menyerang Ka’bah) adalah sebagai bentuk pemuliaan Allah kepada Nabi-Nya dan Baitullah Ka’bah.” (Zaadul Ma’ad: 1/74)

Lalu apakah dengan kemuliaan tersebut lantas disyari’atkan untuk memperingatinya? Para pembaca yang budiman, ketahuilah bahwa tolok ukur suatu kebenaran adalah Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah dari kalangan sahabat Nabi . Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya): “Jika kalian berselisih dalam suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (yakni Al Qur’an) dan Rasul-Nya (yakni As Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat.” (An Nisaa’: 59)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Merayakan hari kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah dilakukan oleh Salaf (yakni para sahabat) radhiallahu anhum, meski ada peluang dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Kalaulah perayaan maulid ini murni suatu kebaikan atau lebih besar kebaikannya, pastilah kaum Salaf radhiallahu anhum orang yang lebih berhak merayakannya daripada kita. Karena kecintaan dan pengagungan mereka kepada Rasul lebih besar dari yang kita miliki, demikian pula semangat mereka dalam meraih kebaikan lebih besar daripada kita. (Iqtidha’ Shirathil Mustaqim: 2/122)

Mari Kita Tanyakan Kepada Mereka yang Merayakan Maulid Nabi صلى الله عليه وسلم dengan Tiga Pertanyaan Mudah.

✏️ Perayaan ini, apakah termasuk amalan ketaatan kepada Allah ataukah kemaksiatan?

1⃣ Bila jawabannya: KEMAKSIATAN, tidak boleh merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , dan perkaranya selesai.

2⃣ Bila jawabannya: KETAATAN, pertanyaan berikutnya:

✏️ Apakah perayaan ini diketahui oleh Nabi shallallahu alaihiwasallam atau beliau tidak mengetahuinya?

1⃣ Bila jawabannya: Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam tidak mengetahui perkara ini; Barangsiapa menuduh Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam tidak mengetahui perkara agama, ia adalah seorang zindiq. BERHATI-HATILAH dari orang ini❗️❗️❗️

2⃣ Bila jawabannya: Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam mengetahuinya, baiklah. Namun, pertanyaan berikutnya,

✏️ Apakah beliau menyampaikan kepada kita perkara ketaatan ini?

1⃣ Apabila jawabannya: BELIAU TIDAK MENYAMPAIKANNYA kepada kita, ini adalah tuduhan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah MENGKHIANATI RISALAH, na’ùdzu billàh…⛔️⛔️⛔️

2⃣ Bila jawabannya: ya, beliau sudah menyampaikannya, TANTANGLAH dengan pertanyaan berikut:

Datangkanlah oleh kalian satu dalil saja yang menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sudah menyampaikan disyariatkannya perayaan Maulid beliau.
{ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ} [البقرة : 111]

“Katakanlah, “Datangkanlah bukti kalian bila kalian adalah orang-orang yang benar.”

bit.ly/majalahqonitah

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.