Kebodohan Merusak Kebersamaan

Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed

Orang-orang yang cerdas dan berilmu niscaya mengetahui betapa pentingnya kebersamaan. Sehingga mereka benar-benar menjaga kebersamaan dalam jamaah kaum muslimin dan penguasa (pemerintah)-nya. Adapun orang-orang yang bodoh, sama sekali tidak mengerti betapa pentingnya kehidupan berjamaah dengan satu penguasa. Bahkan mereka tidak mengerti mana yang lebih banyak antara satu dan sepuluh. Yakni, mana yang lebih besar antara korupsi, kolusi, atau nepotisme (KKN) dengan pertumpahan darah kaum muslimin dalam perang saudara.

Seorang yang berilmu mengetahui bahwa dengan mengikuti bimbingan Sunnah Rasulullah n berikut penerapannya yang dicontohkan salafus shalih, pasti kaum muslimin akan terbimbing ke jalan yang terbaik. Maka, ia akan menghadapi penguasa yang dzalim dengan petunjuk dan bimbingan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sedangkan orang-orang yang bodoh berjalan bersama emosi dan hawa nafsunya, tanpa meminta bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mereka merasa lebih pandai dan lebih cerdas dari para nabi dan para ulama yang merupakan para pewarisnya. Merekalah kaum reaksioner Khawarij, yang selalu menyebabkan petaka dan bencana di setiap zaman. Mereka tidak memperbaiki keadaan โ€“seperti pengakuan merekaโ€“ tetapi justru menghancurkan kebersamaan.

Banyak tulisan-tulisan mereka yang sampai kepada tangan penulis, dalam bentuk surat, selebaran, ataupun makalah-makalah. Hampir seluruhnya berisi โ€œdalil-dalilโ€ dan โ€œbukti-buktiโ€ tentang kafirnya penguasa, yang kemudian berujung menghalalkan darah mereka. Tentu saja dengan nama samaran, alamat palsu, dan penerbit yang tidak jelas. Namun seperti CD yang diputar ulang, isinya tetap sama seperti ucapan Khawarij yang pertama: โ€œSiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka ia kafir.โ€

Tentu saja jawaban kita Ahlus Sunnah seperti jawaban Ali bin Abi Thalib z dan para sahabat yang lain: โ€œKalimat yang haq, namun yang dimaukan adalah kebatilan.โ€ Yakni, ayat-ayat dan hadits-hadits dalam tulisan mereka adalah kalimat-kalimat yang haq dan kita tidak membantahnya. Namun, apa yang dimaukan dengannya?

Diriwayatkan dari โ€˜Ubaid bin Rafiโ€™ bahwa ketika kaum Khawarij mengatakan โ€œTidak ada hukum kecuali hukum Allahโ€, Ali z pun berkata: โ€œKalimat yang haq, namun yang mereka maukan adalah kebatilan. Sungguh Rasulullah n telah menggambarkan kepada kami suatu kaum, maka kamipun telah mengenalinya. Yaitu sekelompok orang yang berbicara kebenaran, namun tidak melewati ini โ€“sambil mengisyaratkan ke tenggorokannyaโ€“. Mereka adalah makhluk-makhluk yang paling dibenci Allah subhanahu wata’alaโ€ฆ.โ€ (HR. Muslim, Kitabuz Zakah juz 7 hal. 173)

Kalau saja mereka menulis dalil-dalil tersebut dalam rangka memperingatkan dan mengancam, maka kamipun sepakat. Karena Al-Imam Ahmad t menyatakan dalam masalah waโ€™id (ancaman): โ€œBiarkanlah ancaman seperti apa adanya, agar manusia menjadi takut.โ€ Namun ketika men-taโ€™yin (menentukan si Fulan atau si Allan) kafir, tentu kita harus merincinya. Karena pada dalil-dalil itu bisa jadi yang dimaksud kufur ashghar (kafir kecil) atau kufur akbar (kafir besar), kafir amali atau kafir iโ€™tiqadi, dan lain-lain. Namun yang kita bahas kali ini adalah kebodohan mereka dalam penerapan dalil-dalil tersebut serta akibat dari kebodohan mereka.

Adapun kebodohannya, sangat jelas sekali. Karena mereka menerapkan dalil-dalil kepada orang-orang yang masih shalat, berpuasa, mengeluarkan zakat dan pergi haji. Bukankah di antara hukum Allah subhanahu wata’ala yang mendasar adalah ibadah tersebut? Berarti mereka โ€“paling tidakโ€“ masih berhukum dengan hukum Allahย subhanahu wata’ala dalam perkara-perkara yang sangat penting tersebut, yang merupakan dasar-dasar keislaman. Oleh karena itulah, Rasulullah n melarang kita untuk memerangi penguasa yang masih shalat.

Diriwayatkan dari โ€˜Auf bin Malik radhiallahu anhu bahwasanya Rasulullahย shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ุฎููŠูŽุงุฑู ุฃูŽุฆูู…ูŽู‘ุชููƒูู…ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุชูุญูุจูู‘ูˆู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ูˆู’ู†ูŽูƒูู…ู’ุŒ ูŠูุตูŽู„ูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุชูุตูŽู„ูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุดูุฑูŽุงุฑู ุฃูŽุฆูู…ูŽู‘ุชููƒูู…ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุชูุจู’ุบูุถููˆู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุจู’ุบูุถููˆู’ู†ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุชูŽู„ู’ุนูŽู†ููˆู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽู„ู’ุนูŽู†ููˆู’ู†ูŽูƒูู…ู’. ู‚ููŠู’ู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุฃูŽููŽู„ุงูŽ ู†ูู†ูŽุงุจูุฐูู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ุณูŽู‘ูŠู’ููุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู„ุงูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽู‚ูŽุงู…ููˆุง ูููŠู’ูƒูู…ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู…ู’ ู…ูู†ู’ ูˆูู„ุงูŽุชููƒูู…ู’ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ุชูŽูƒู’ุฑูŽู‡ููˆู’ู†ูŽู‡ู ููŽุงูƒู’ุฑูŽู‡ููˆู’ุง ุนูŽู…ูŽู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽู†ู’ุฒูุนููˆู’ุง ูŠูŽุฏู‹ุง ู…ูู†ู’ ุทูŽุงุนูŽุฉู

โ€œSebaik-baik penguasa kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, yang kalian mendoakan (kebaikan, pent.) mereka dan mereka mendoakan kalian. Dan sejelek-jelek penguasa kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, serta kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.โ€ Dikatakan:โ€Wahai Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka dengan pedang?โ€ Beliau bersabda: โ€œJangan selama mereka masih menegakkan shalat di tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat dari penguasa kalian sesuatu yang tidak kalian sukai, bencilah perbuatannya namun jangan mencabut tangan kalian dari ketaatan.โ€ (HR. Muslim dalam Shahih-nya juz 3 hal. 1481 cet. Daru Ihya`ut Turats Al-โ€˜Arabi, Beirut cet. 1, dari jalan Yazid bin Yazid, dari Zuraiq bin Hayyan, dari Muslim bin Qaradhah, dari โ€˜Auf z)

Ibnu โ€˜Allan rahimahullah wa ghafarallahu lahu (semoga Allah l merahmati dan mengampuni beliau) berkata: โ€œUcapan beliau โ€˜selama mereka menegakkan shalat di tengah-tengah kalianโ€™ adalah larangan untuk memerangi mereka selama mereka masih menegakkan shalat. Karena shalat merupakan tanda-tanda keislaman mereka. Sebab perbedaan antara kekafiran dan keislaman adalah shalat. Yang demikian karena kekhawatiran akan timbulnya fitnah dan perpecahan di kalangan kaum muslimin, yang tentunya lebih parah kemungkarannya daripada bersabar terhadap kejelekan dan kemungkaran yang muncul dari penguasa tersebut.โ€ (Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadhis Shalihin juz 1 hal. 473 cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut)

Ibnu Umar z berkata: โ€œMereka (Khawarij) adalah sejahat-jahat makhluk, karena membawa ayat-ayat yang turun tentang orang kafir kemudian diterapkannya kepada kaum muslimin.โ€ (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari t, Kitab Istitabatil Murtaddin juz 8 hal. 51)

Maka jangan teperdaya dengan banyaknya ucapan dari para ulama salaf, Ahlus Sunnah dan Ahlul Hadits, yang dinukil dalam tulisan-tulisan mereka. Karena semua itu hanya sesuatu yang dipakai untuk menutupi kebatilan mereka. Para ulama berbicara tentang bahayanya berhukum dengan selain hukum Allah l dalam bentuk ancaman, kemudian mereka menyimpulkannya dengan pengkafiran kaum muslimin dan penghalalan darah secara taโ€™yin!

Terlebih kebanyakan mereka berusia muda serta bodoh karena minimnya kedewasaan mereka. Sehingga mereka hanya mengandalkan semangat dan โ€˜ototโ€™ saja, tanpa dilandasi oleh ilmu serta pertimbangan yang matang. Hal seperti ini pun digambarkan dalam riwayat Rasulullah n sebagai berikut:

ุณูŽูŠูŽุฎู’ุฑูุฌู ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ูููŠ ุขุฎูุฑู ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽุงู†ูุŒ ุฃูŽุญู’ุฏูŽุงุซู ุงู’ู„ุฃูŽุณู’ู†ูŽุงู†ู ุณูููŽุงู‡ูŽุงุกู ุงู’ู„ุฃูŽุญู’ู„ุงูŽู…ู ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ููˆู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ุจูŽุฑููŠูŽู‘ุฉู ู„ุงูŽ ูŠูุฌูŽุงูˆูุฒู ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ุญูŽู†ูŽุงุฌูุฑูŽู‡ูู…ู’ ูŠูŽู…ู’ุฑูู‚ููˆู’ู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽู…ู’ุฑูู‚ู ุงู„ุณูŽู‘ู‡ู’ู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ู…ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ููŽุฃูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ู„ูŽู‚ููŠู’ุชูู…ููˆู’ู‡ูู…ู’ ููŽุงู‚ู’ุชูู„ููˆู’ู‡ูู…ู’ ููŽุฅูู†ูŽู‘ ูููŠ ู‚ูŽุชู’ู„ูู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑู‹ุง ู„ูู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุชูŽู„ูŽู‡ูู…ู’ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู

โ€œAkan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya tapi bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati tenggorokannya. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat.โ€ (HR. Muslim)

Al-Imam Al-Ajurri t berkata tentang Khawarij: โ€œTidak ada perselisihan di antara para ulama yang dahulu maupun sekarang bahwa Khawarij adalah kaum yang sangat jelek. Mereka bermaksiat kepada Allah k dan Rasul-Nya n, walaupun mereka melakukan shalat, puasa, dan bersungguh-sungguh dalam beribadah.โ€

Maka, akibatnya sangat fatal sekali. Dengan kebodohannya mereka mengkafirkan penguasa berikut aparaturnya, pendukungnya serta semua yang tidak mengkafirkan mereka. Kemudian mereka menghalalkan darahnya serta membolehkan pemberontakan dan praktik-praktik teror. Ini sangat fatal, karena mereka menjadikan citra Islam demikian menakutkan di mata manusia. Akhirnya islamofobia menjalar di masyarakat. Sungguh para pengacau Khawarij memikul dosa besar atas rusaknya gambaran Islam yang dibawa Rasulullah n ini. Padahal sesungguhnya diutusnya Rasulullah n membawa Islam ini adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.

ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ู„ูู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู€ู…ููŠู†ูŽ

โ€œDan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.โ€ (Al-Anbiya`: 107)

Karikatur orang-orang kafir Denmark โ€“laโ€™natullah โ€˜alaihimโ€“ memang sangat menyakitkan. Namun apakah pemicu perbuatan mereka kalau bukan perbuatan para teroris banci?!

Rasulullah n dan para sahabatnya berperang melawan orang-orang kafir namun mereka tetap berwibawa di hadapan kawan dan lawan. Mengapa? Karena perang mereka sangat gentle. Memerangi kafir harbi dan tidak memerangi kafir dzimmi, muโ€™ahad, dan utusan-utusan. Berhadapan muka, bukan dari belakang. Membunuh tentara mereka dan tidak membunuh warga sipil, wanita, dan anak-anak.

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah n berjalan bersama pasukannya. Kemudian beliau melihat orang-orang mengerumuni sesuatu, maka beliau mengutus seseorang untuk melihatnya. Ternyata didapati seorang wanita yang terbunuh oleh pasukan terdepan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid z, maka Rasulullah n bersabda:

ุงู†ู’ุทูŽู„ูู‚ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุฎูŽุงู„ูุฏู ุจู’ู†ู ุงู„ู’ูˆูŽู„ููŠุฏู ููŽู‚ูู„ู’ ู„ูŽู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู n ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑููƒูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ุชูู„ูŽู†ูŽู‘ ุฐูุฑูู‘ูŠูŽู‘ุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ุนูŽุณููŠูู‹ุง

โ€œPergilah kepada Khalid dan katakanlah kepadanya: โ€˜Sesungguhnya Rasulullah melarang engkau membunuh dzurriyyah (wanita dan anak-anak) dan pekerja (warga sipil)โ€™.โ€ (HR. Abu Dawud)

Dalam riwayat lain, Rasulullah n bersabda:

ู‚ูู„ู’ ู„ูุฎูŽุงู„ูุฏู ู„ุงูŽ ุชูŽู‚ู’ุชูู„ูŽู†ูŽู‘ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุนูŽุณููŠู’ูู‹ุง

โ€œKatakan kepada Khalid: โ€˜Jangan ia membunuh wanita dan pekerjaโ€™.โ€ (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ath-Thahawi. Lihat Ash-Shahihah karya Asy-Syaikh Al-Albani t, 6/314)

Dengan kata lain, kebodohan kaum reaksioner Khawarij telah menyuburkan berbagai bentuk kerusakan, di antaranya: meruntuhkan kebersamaan kaum muslimin, pertumpahan darah sesama muslim, kekacauan, dan yang lebih parah lagi adalah rusaknya citra Islam. Tidak heran jika Rasulullah n menggambarkan mereka dengan gambaran-gambaran yang sangat jelek dan mengerikan. Beliau n sebut mereka sebagai anjing-anjing neraka, sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan lain-lain.

Diriwayatkan dari Abu Ghalib t bahwa ia berkata: โ€œPada saat aku berada di Damaskus, tiba-tiba didatangkanlah 70 kepala dari tokoh-tokoh Haruriyyah (Khawarij) dan dipasang di tangga-tangga masjid. Pada saat itu datanglah Abu Umamah โ€“sahabat Rasulullah nโ€“ kemudian masuk ke masjid. Beliau shalat dua rakaat, lalu keluar menghadap kepala-kepala tadi. Beliau memandangnya beberapa saat sambil meneteskan air mata, kemudian berkata: โ€œApa yang dilakukan oleh iblis-iblis ini terhadap ahlul Islam?โ€ (tiga kali diucapkan). Dan beliau berkata lagi: โ€œAnjing-anjing neraka.โ€ (juga tiga kali diucapkan). Kemudian beliau berkata:

ู‡ูู…ู’ ุดูŽุฑูู‘ ู‚ูŽุชู’ู„ูŽู‰ ุชูŽุญู’ุชูŽ ุฃูŽุฏููŠู’ู…ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ู’ุงุกูุŒ ุฎูŽูŠู’ุฑู ู‚ูŽุชู’ู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุชูŽู„ููˆู’ู‡ู

โ€œMereka adalah sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan sebaik-baik orang yang terbunuh adalah orang yang dibunuh oleh mereka.โ€ (tiga kali)

Kemudian beliau menghadap kepadaku seraya berkata: โ€œWahai Abu Ghalib, sesungguhnya engkau berada di negeri yang banyak tersebar hawa nafsu dan banyak kekacauan.โ€ Aku menjawab: โ€œYa.โ€ Beliau berkata: โ€œSemoga Allah l melindungimu dari mereka.โ€ Aku katakan: โ€œTetapi mengapa engkau menangis?โ€ Beliau menjawab: โ€œKarena kasih sayangku kepada mereka, sesungguhnya mereka dulunya adalah golongan Islam (di atas Islam yang benar).โ€ Aku bertanya kepadanya: โ€œApakah yang kau sampaikan itu sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah n atau sesuatu yang kau sampaikan dari pendapatmu sendiri?!โ€ Beliau menjawab: โ€œKalau begitu, berarti aku sangat lancang jika aku menyampaikan apa yang tidak aku dengar dari Rasulullah n sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya โ€“hingga beliau menyebutnya sampai tujuh kali. (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Al-Ajurri dalam Asy-Syariโ€™ah hal. 156)

Diriwayatkan pula dari Saโ€™id bin Jahman, beliau berkata: โ€œSaya masuk menemui Ibnu Abi Aufa dalam keadaan beliau telah buta. Aku memberi salam kepadanya. Ia pun menjawab salamku, kemudian bertanya: โ€œSiapakah engkau ini?โ€ Aku menjawab: โ€œSaya Saโ€™id bin Jahman.โ€ Dia bertanya lagi: โ€œApa yang terjadi pada ayahmu?โ€ Aku menjawab: โ€œDia dibunuh oleh sekte Azariqah (salah satu sekte Khawarij).โ€ Maka Ibnu Abi Aufa mengatakan tentang Azariqah: โ€œSemoga Allah l memerangi Azariqah. Sungguh Rasulullah n telah menyampaikan kepada kami:

ุฃูŽู„ุข ุฅูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ูƒูู„ุงูŽุจู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู

โ€œKetahuilah bahwa mereka adalah anjing-anjing penduduk neraka.โ€

Aku bertanya: โ€œApakah sekte Azariqah saja atau seluruh Khawarij?โ€ Beliau menjawab: โ€œSeluruh Khawarij.โ€ (As-Sunnah, Ibnu Abi โ€˜Ashim t hal. 428 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani ย t dalam Zhilalul Jannah)

Sebaliknya, kita lihat orang-orang yang cerdas dan berilmu yaitu para sahabat g ketika mengalami masa-masa fitnah. Di antaranya Abu Dzar Al-Ghifari z yang โ€“konon katanya1โ€“ diusir oleh khalifah โ€˜Utsman bin โ€˜Affan z. Maka beliau pergi ke Syam. Ternyata di Syam pun terjadi perselisihan dengan gubernurnya yaitu Muโ€™awiyah z. Ia pun keluar dari Syam dan tinggal di desa terpencil yang bernama Rabadzah. Apa sikap beliau? Apakah ia bergabung bersama Khawarij memerangi penguasa untuk membela pribadinya?

Sungguh itulah dugaan kaum reaksioner Khawarij kepada Abu Dzar z. Tetapi Abu Dzar tidak sebodoh yang mereka sangka. Ketika mereka mendatangi Rabadzah dan mengatakan kepadanya: โ€œKibarkanlahย bendera untuk kami! Niscaya kami akan menjadi tentaramu melawan khalifah โ€˜Utsman!โ€ Abu Dzar pun menjawab: โ€œDemi Allah, kalaupun โ€˜Utsman mengusirku ke timur ataupun ke barat, niscaya aku pun akan mendengar dan taat.โ€ (Ath-Thabaqat Al-Kubra, Ibnu Saโ€™d, juz 4 hal. 227, melalui kitab Mauqif Ash-Shahabah fil Fitnah karya Dr. Muhamad Amhazun juz 1 hal. 457)

Dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah t, Abu Dzar z berkata: โ€œWahai ahlul Islam, jangan kalian tawarkan kejelekan kalian kepadaku! Jangan kalian jatuhkan kehormatan penguasa. Karena sesungguhnya barangsiapa menghinakan penguasa (muslim) maka Allah l akan menghinakannya.โ€ (Mushannaf, juz 15 hal. 227 melalui kitab Mauqif Ash-Shahabah fil Fitnah oleh Dr. Muhamad Amhazun juz 1 hal. 457)

Jangan kita mengatakan bahwa sikap tersebut khusus karena penguasanya adalah seorang sahabat yang mulia, โ€˜Utsman bin โ€˜Affan z. Jangan bodoh atau berpura-pura bodoh! Bukankah pelajaran yang kita ambil adalah dari keumuman lafadznya, yaitu โ€œpenguasa muslimโ€? Bahkan Nabi n mengabarkan akan ada penguasa yang hatinya seperti hati setan dalam tubuh manusia, tidak mengikuti As-Sunnah. Namun tetap beliau n menasihatkan untuk sabar dan menahan diri selama masih shalat (lihat kembali rubrik Nasihat edisi lalu).

Sungguh kita tidak sedang membela para penguasa. Tidak pula menyamakan penguasa kita dengan โ€˜Utsman bin โ€˜Affan. Jauh sekali perbedaan antara keduanya. Tetapi kita mengajak kaum muslimin untuk menghitung dengan hitungan hikmah dan As-Sunnah. Agar kita tidak terjerumus dalam kemungkaran yang lebih besar, menyalakan api peperangan sesama kaum muslimin, mengacaukan keamanan yang akan merusak kehidupan kaum muslimin dan lain-lain, dengan mengatasnamakan dakwah dan jihad. Wallahul mustaโ€™an.


1 Saya katakan โ€œkonon katanyaโ€, karena ternyata riwayatnya tidaklah benar. Abu Dzar radhiallahu anhu tidaklah diusir, melainkan menyendiri atas kemauannya sendiri, karena perbedaan pendapat yang terjadi antara beliau dengan beberapa sahabat yang lain.

Sumber: http://asysyariah.com/kebodohan-merusak-kebersamaan/

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.