🚰🚰 HUKUM AIR YANG KURANG DARI DUA QULLAH

س: الماء إذا نقص عن قلتين وخالطته النجاسة من بول أو عذرة، هل تذهب طهوريته بذلك؟

Pertanyaan:

💧 Air yang kurang dari dua qullah (2 qullah = 204 liter), apabila bercampur dengan sesuatu yang najis, seperti: kencing dan kotoran manusia, apakah akan hilang kesuciannya (menjadi najis) dengan sebab itu?

ج: قد اختلف العلماء في ذلك: فمنهم من رأى: أن الماء إذا كان دون القلتين، وأصابته نجاسة فإنه ينجس بذلك، وإن لم يتغير لونه أو طعمه أو ريحه؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((إذا كان الماء قلتين لم يحمل الخبث)) وفي لفظ: ((لم ينجس)) أخرجه الإمام أحمد، وأهل السنن الأربع، وصححه ابن خزيمة، وابن حبان، والحاكم،

Jawaban:

🍃 Para ulama berbeda pendapat dalam hal tersebut. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwasanya apabila air kurang dari dua qullah dan bercampur dengan sesuatu yang najis, maka air tersebut menjadi najis dengan sebab percampuran tersebut walaupun warna, rasa dan baunya tidak berubah. Mereka berdalil dengan hadits Nabi ﷺ,

🎋 (Apabila jumlah air dua qullah, maka ia tidak membawa najis). Dalam lafadz lain (Tidak najis). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ahlus Sunan yang empat dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim.

قالوا: فمفهوم هذا الحديث أن ما دون القلتين ينجس بما يقع فيه من النجاسة، وإن لم يتغير،

🌴 Mereka berkata, “Maka mafhum (yang difahami) dari hadits tersebut ialah bahwasanya air yang kurang dari dua qullah akan menjadi najis apabila bercampur dengan sesuatu yang najis walaupun sifat air tersebut (warna, rasa, bau; red.) tidak berubah.

وقال آخرون من أهل العلم: (دلالة المفهوم ضعيفة).

🌳 Para ulama yang lain berpendapat bahwasanya penentuan hukum dengan mafhum(*) hadits adalah pendapat yang lemah.

والصواب: أن ما دون القلتين لا ينجس إلا بالتغير، كالذي بلغ القلتين؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((إن الماء طهور لا ينجسه شيء)) أخرجه الإمام أحمد، وأبو داود، والترمذي، والنسائي بإسناد صحيح، من حديث أبي سعيد الخدري رضي الله عنه،

✅ Pendapat yang benar ialah bahwasanya air yang kurang dari dua qullah tidak menjadi najis kecuali apabila ada perubahan pada sifat air tersebut sebagaimana air yang mencapai dua qullah dengan dalil hadits Nabi ﷺ,

🌧 (Sesungguhnya air itu suci dan menyucikan. Tidak ada sesuatu pun yang membuatnya najis). HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan An Nasai dengan jalan yang shahih dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu.

وإنما ذكر النبي صلى الله عليه وسلم القلتين؛ ليدل على أن ما دونهما يحتاج إلى تثبت ونظر وعناية، لا؛ لأنه ينجس مطلقًا؛ لحديث أبي سعيد المذكور،

🌷 Hanya saja, Nabi ﷺ menyebutkan dua qullah untuk menunjukkan bahwasanya apa yang kurang dari dua qullah perlu untuk diperiksa, dilihat dan diperhatikan, bukan menunjukkan najis secara mutlak berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu yang telah disebutkan.

ويستفاد من ذلك: أن الماء القليل جدًا يتأثر بالنجاسة غالبًا، فينبغي إراقته، والتحرز منه؛ ولهذا ثبت عنه صلى الله عليه وسلم أنه قال: ((إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم فليرقه، ثم ليغسله سبع مرات)) في صحيحه،

🎁 Faidah yang bisa diambil ialah bahwasanya air yang sangat sedikit, secara umum akan terpengaruh oleh benda najis yang tercampur dengannya, maka selayaknya air tersebut dibuang dan dihindari. Oleh karena itu, telah shahih bahwa Nabi ﷺ bersabda,

🥫 (Apabila anjing minum pada bejana salah seorang di antara kalian, maka tumpahkanlah kemudian cucilah sebanyak tujuh kali). Hadits ini terdapat dalam kitab shahih.

وما ذاك إلا لأن الأواني التي يستعملها الناس تكون في الغالب صغيرة، تتأثر بولوغ الكلب، وبالنجاسات وإن قلت، فوجب أن يراق ما بها إذا وقعت فيه نجاسة؛ أخذًا بالحيطة، ودرءًا للشبهة؛ لقوله صلى الله عليه وسلم: ((دع ما يريبك إلى ما لا يريبك)) أخرجه الترمذي، وقوله صلى الله عليه وسلم: ((من اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه)) رواه مسلم والله ولي التوفيق. (مجموع 10/15).

🛣 Tidaklah hal itu diperintahkan, kecuali karena bejana-bejana yang digunakan oleh manusia, secara umum mempunyai bentuk yang kecil yang terpengaruh oleh jilatan anjing dan benda-benda najis lainnya walaupun sedikit.

🌍 Maka wajib untuk menumpahkan isinya, apabila tercampur deng

an benda najis. Dalam rangka untuk berhati-hati dan meninggalkan syubhat (keraguan). Sebagaimana hadits Nabi ﷺ,

💥 (Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu). HR. Tirmidzi. Dan juga hadits Nabi ﷺ,

🌅 (Barang siapa yang berhati-hati dari syubhat, maka ia telah menjaga agamanya dan kehormatannya). HR. Muslim.

☑ Hanya Allah yang memberikan taufik kepada hamba-hamba-Nya.

📚📚 Majmu’ Al Fataawa Syaikh Bin Baz: 10/15.
==========
(*) Yaitu mafhum al a’dad (bilangan), hukum yang difahami karena penyebutan jumlah, seperti pada hadits ini disebutkan bilangan 2 qullah.

Juga mafhum mukhalafah (yang difahami sebaliknya), sebagaimana disebutkan syaikh pendapat yang menyatakan berarti kalau air kurang dari 2 qullah ketika terkena benda najis akan menjadi najis walau tidak berubah sifatnya(red.)

➖➖➖

🌎 WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
🖥 Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com

📳 Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah

◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.