Oleh: Al Ustadz Abdurrahman Agung

Saat lelap tertidur, engkau tak tahu bahwa tempat yang digunakan hanya berukuran dua kali satu.

Saat perutmu diisi hingga terasa hendak keluar kembali, engkau tersadar bahwa asupan yang dibutuhkan tak lebih dari dua piring nasi.

Saat lemarimu penuh dengan berbagai jenis pakaian, bukankah yang dikenakan hanya satu setel baju?

Itulah harta dunia yang hakiki, yang engkau miliki. Yaitu harta dunia yang sedang engkau gunakan saat itu.

Adapun selebihnya: kendaraan yang berada di garasi, uang yang tersimpan di ATM, sembako yang tertimbun di gudang, tanah dan rumah yang tersebar di mana-mana atau harta lainnya yang engkau miliki. Engkau tak tahu, apakah esok engkau ‘kan masih menjadi empu.

Saat anak Adam mengaku, “Hartaku, hartaku ….” Nabi ﷺ mengabari, “Wahai anak Adam, tidaklah engkau memiliki dari hartamu, kecuali apa yang telah engkau makan, maka engkau telah menghabiskannya, apa yang telah engkau pakai, maka engkau telah mengusangkannya dan apa yang telah engkau sedekahkan, maka engkau telah mengekalkannya untukmu.” [HR. Muslim].

Wahai saudaraku, marilah kemari.

Bila engkau ingin mengekalkan hartamu.

Gunakan harta itu di jalan ibadah tuk raih ridha ilahi.

Pembaca yang budiman, kita ketahui bersama bahwa manusia sangatlah serakah.

Hal itu telah dijelaskan oleh Nabiyurrahmah ﷺ, “Seandainya manusia memiliki dua lembah harta, niscaya ia akan mencari yang ketiga dan tidak ada yang bisa mengenyangkan perut manusia, kecuali tanah.”[Muttafaqun ‘alaih]

Ya Rabb, duhai kiranya kami memiliki sifat qana’ah.

Istri-istri dan anak-anak kami, juga berhias dengan sifat qana’ah.

Walau hidup harus berjerih payah.

In syaa Allah, bahtera rumah tangga ‘kan bahagia hingga berkumpul di jannah.

Kaya atau miskin bukanlah ukuran.

Islam tak melarang engkau menjadi hartawan.

Islam juga tak menyuruh agar engkau hidup miskin.

Semuanya telah ditetapkan oleh Ar Rahman dengan sebab-sebab yang telah digariskan.

Namun…

Yang menjadi ukuran adalah ketakwaan.

Bagaimana ketakwaanmu saat engkau menjadi hartawan?

Dan bagaimana ketakwaanmu saat engkau hidup miskin?

Ketakwaan-lah yang akan dijadikan penilaian.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

{إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” [QS. Al Hujurat: 13].

Jadi, sisihkan predikat kaya atau miskin.

Dan gantilah dengan predikat ketakwaan.

Ada satu kunci untukmu wahai pembaca yang budiman.

Tuk buka pintu ketakwaan.

Yaitu sabar, syukur dan istighfar yang tak terpisahkan.

Hingga jiwa menghadap Ar Rahman.

Ya Rabb, berilah kami hidayah dan taufik tuk bisa meraih ampunan dan keridhaan dari-Mu karena Engkau-lah Yang Maha menentukan.

آمين وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

 

🌎 WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
🖥 Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com

📳 Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.