๐Ÿ’Ž๐Ÿ•‹๐Ÿ’Ž HADITS PERTAMA BAGIAN III

ูˆู„ู„ู†ูŠุฉ ู…ุฑุชุจุชุงู†: ู†ูŠุฉ ุงู„ุนู…ู„ุŒ ูˆู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุนู…ูˆู„ ู„ู‡. ุฃู…ุง ู†ูŠุฉ ุงู„ุนู…ู„: ูู…ุฑุชุจุชุงู† ุฃูŠุถู‹ุง: ุชู…ูŠูŠุฒ ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ุนู† ุงู„ุนุงุฏุงุช. ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ: ุชู…ูŠูŠุฒ ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ุจุนุถู‡ุง ุนู† ุจุนุถ.

๐ŸŒˆ Niat memiliki dua tingkatan, yaitu:

1โƒฃ Niat amalan.

2โƒฃ Niat untuk siapa amal itu dikerjakan?

 

๐ŸŒป Adapun niat amalan, ia memiliki dua tingkatan juga, yaitu:

1โƒฃ Niat untuk membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan.*

2โƒฃ Niat untuk membedakan antara satu jenis ibadah dengan ibadah yang lainnya.**

ูˆุฃู…ุง ุงู„ู…ุฑุชุจุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ: ูˆู‡ูŠ ู†ูŠุฉ ุงู„ู…ุนู…ูˆู„ ู„ู‡ุŒ ูู‡ูŠ ุฃู† ูŠู‚ุตุฏ ุงู„ุนุงู…ู„ ุจุนู…ู„ู‡ ูˆุฌู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ูˆุงู„ุฏุงุฑ ุงู„ุขุฎุฑุฉ.

 

๐Ÿ’ซ Adapun tingkatan kedua: yaitu niat untuk siapa amal itu dikerjakan? yaitu hendaknya orang yang beramal meniatkan dengan amalnya tersebut untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala semata dan negeri akhirat.***

ูˆู‡ูฐู‡ู†ุง ูŠุชูุงูˆุช ุงู„ุฎู„ู‚ ุชูุงูˆุชู‹ุง ู„ุง ูŠุนู„ู…ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆูŠุคุฌุฑ ุงู„ุฅู†ุณุงู† ุนู„ู‰ ู‚ุฏุฑ ู†ูŠุชู‡ ุฅุฐุง ุชุนุฐุฑ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุนู…ู„ุŒ ูˆูƒุงู† ู…ู† ู†ูŠุชู‡ ุฃู†ู‡ ู„ูˆู„ุง ุงู„ุนุฐุฑ ู„ูŽุนูŽู…ูู„ูŽ ุฐู„ูƒ ุงู„ุนู…ู„ุŒ ูƒู…ุง ู‚ุงู„ ๏ทบ: ยซู…ู† ู…ุฑุถ ุฃูˆ ุณุงูุฑ ูƒุชุจ ู„ู‡ ู…ุง ูƒุงู† ูŠุนู…ู„ ุตุญูŠุญู‹ุง ู…ู‚ูŠู…ู‹ุงยป (ุฃุฎุฑุฌู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ: ูขูฉูฉูฉ).

๐Ÿ’ฅ Pada tingkatan kedua inilah manusia bertingkat-tingkat kedudukannya dengan perbedaan yang hanya diketahui oleh Allah ‘azza wajalla.

๐Ÿƒ Manusia akan diberi balasan sesuai dengan kadar niatnya yang ini, apabila ia belum bisa mengamalkannya dalam keadaan ia berniat kalau bukan karena udzur tersebut niscaya dia akan mengamalkannya. Sebagaimana sabda Nabi ๏ทบ,

๐Ÿ’Ž “Barangsiapa yang sakit atau sedang safar (perjalanan jauh), maka akan dicatat baginya pahala yang biasa dia kerjakan ketika sehat dan mukim (tidak safar).” (HR. Bukhari: 2999)

ู‚ุงู„ ุจุนุถู‡ู…: ยซู„ูˆ ุตู†ูุช ูƒุชุงุจู‹ุง ููŠ ุงู„ูู‚ู‡ุŒ ู„ุตุฏุฑุช ูƒู„ ุจุงุจ ู…ู† ุฃุจูˆุงุจู‡ ุจุญุฏูŠุซ ุนู…ุฑ ู‡ุฐุงยป.

๐ŸŒ… Berkata sebagian ulama, “Seandainya aku menulis kitab tentang fikih, niscaya aku akan membuka pada setiap babnya dengan hadits Umar radhiyallahu ‘anhu ini.”

ูุงู„ู†ูŠุฉ ุชุฏุฎู„ ููŠ ุฃุจูˆุงุจ ุงู„ูู‚ู‡ ูƒู„ู‡ุงุ› ู„ุฃู†ู‡ุง ุดุฑุท ู„ุฌู…ูŠุน ุงู„ุฃุนู…ุงู„ุŒ ูˆุงู„ุนุจุฑุฉ ุนู„ู‰ ู…ุง ููŠ ุงู„ู‚ู„ุจุŒ ู„ุง ุนู„ู‰ ู…ุง ูŠู„ูุธ ุจู‡ ุงู„ู„ุณุงู† ุฅุฐุง ุฎุงู„ู ู…ุง ููŠ ุงู„ู‚ู„ุจ ููŠ ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ูˆุงู„ู…ุนุงู…ู„ุงุช ูˆุฌู…ูŠุน ุงู„ุนู‚ูˆุฏ.

๐ŸŒ Niat masuk ke dalam seluruh pembahasan bab-bab fikih. Karena niat adalah syarat bagi seluruh amalan. Dan yang menjadi patokan adalah apa yang ada di dalam hati, bukan apa yang diucapkan oleh lisan, apabila yang diucapkan oleh lisan menyelisihi apa yang ada di dalam hati dan hal ini dalam seluruh ibadah, muamalah (seperti transaksi jual beli dan lainnya, pent) dan seluruh jenis akad perjanjian.

==========

๐Ÿ“š๐Ÿ“š At Ta’liqaat ‘ala Umdatil Ahkam, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah, hlm. 24.

*Seperti mandi dengan niat untuk menghilangkan hadats besar, maka mandinya dianggap ibadah. Namun, apabila hanya sekadar untuk membersihkan badan, mandinya dianggap adat kebiasaan.

**Seperti ketika seseorang sholat dua rakaat. Maka dengan niat akan terbedakan, apakah ia akan melaksanakan sholat dhuha, tahiyatul masjid, istikharah atau yang lainnya.

***Apabila ia tidak meniatkan seperti itu, maka ia akan terjatuh ke dalam perbuatan syirik.

๐ŸŒŽ WhatsApp Salafy Cirebon
โฏ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
๐Ÿ–ฅ Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com

๐Ÿ“ณ Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.