Ikut menjaga negara. Mencerdaskan anak bangsa. Lewat pena para ustad (asatidzah) menelurkan karya. Menyampaikan ilmu. Membongkar jihad palsu.
Agar anak muda tahu. Tidak tertipu. Tidak ada kemuliaan dalam aksi bom bunuh diri. Atau dar, der, dor, serampangan membunuhi manusia. Jauh dari tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Selamat berjuang!” kata ajudan Sekda Kota Cirebon, Sutisna, sesaat setelah saya menemui pimpinannya, Sekda Drs H Asep Dedi MSi, belum lama ini di balai kota. Kunjungan resmi kedua kali. Resmi, karena sebelumnya kami melayangkan surat ajuan audiensi. Janjian. Tidak asal ketuk pintu lantas minta bertemu. Maaf ya, kami bukan salesman hehe…
Kunjungan terkait tebar majalah Asy Syariah gratis edisi khusus dua: Mengapa Teroris Tidak Pernah Habis. Dua tahun lalu, bersama Abu Abdurrahman Salim, Abu Irbadh dan Abu Usamah Herman, kami juga diterima Pak Sekda. Plus jajaran camat serta perwakilan Kesbangpol. Saat itu membagikan edisi khusus satu: Awas Komunisme Bangkit Kembali!
Rentang waktu cukup panjang. Kepengen hati sebenarnya bisa tiap tahun berkunjung. Apa bertemu Wali Kota, Wakil, atau Sekda. Mereka sebagai penguasa. Kami sebagai masyarakat yang coba peduli. Sinergis saling membentengi. Ambil bagian membendung ideologi (baca: keyakinan) yang mengoyak stabilitas negara. Terorisme, salah satunya.
Karena itu tulisan ini diberi judul Jalan Panjang… Bukan terinspirasi film dokumenter Long Road to Heaven (Jalan Panjang Menuju Surga), yang merekam jejak petualangan teroris Imam Samudera dan Amrozy cs. Tapi semata rasa hormat ingin bersua pemerintah kami di daerah. Lama banget ya, baru bisa ketemu lagi… Wujud silaturahmi antarkomponen bangsa. Terkhusus sesama muslim.
Tim tebar majalah wilayah Cirebon ada di bawah bimbingan ustad Muhammad bin Umar As Sewed. Beliau pengasuh Pondok Pesantren Dhiya’us Sunnah. Lembaga tempat saya belajar. Setelah “pensiun dini” dari koran ini. Terkadang banyak orang salah sebut. As Sunnah, ya? Padahal bukan. Dhiya’us Sunnah. Tidak ada keterkaitan struktural di sini.
Kami tebar 3.300 eksemplar majalah di Kota Cirebon. Total nasional dicetak mendekati 200 ribu eksemplar. Kegiatan ini berlangsung serentak. Dari Serambi Mekah sampai Tanah Jayawijaya. Prioritas penerima adalah pelajar tingkat atas. Mereka rentan terpapar virus radikalisme-terorisme atas nama agama.
Jiwa muda, semangat meledak-ledak. Penuh keingintahuan. Terlebih akses mendapatkan bahan tidak sesuai syariat Islam, kini semakin mudah. Selancar di dunia maya; membaca karya tokoh-tokoh teroris (khawarij). Atau lebih riskan, ajakan langsung ke pengajian yang sifatnya tertutup. Ngajarin ngebom mana mungkin terbuka?
Proteksi dini orang tua dan guru, mutlak dilakukan. Tanya anak atau murid kita ikut kajian di mana? Siapa ustadnya? Seperti apa teman satu pengajiannya?
Bila diajarkan membenci penguasa yang sah. Mengafirkan pemerintah karena dianggap thaghut. Menghalalkan darah sesama muslim. Maka cepat sudahi aktivitasnya tersebut. Sebelum terlampau jauh. Hingga mengobarkan semangat ingin jadi “pengantin”. Pelaku peledakan diri.
Majalah gratis Mengapa Teroris Tidak Pernah Habis, coba mengeliminir informasi menyimpang dan menyesatkan. Kaum muda banyak tertarik “heroisme” terorisme. Seolah aksi keji bom bunuh diri adalah jihad membela agama. Sama sekali tidak! Bahkan kehinaan menanti. Sesuai sabda nabi dalam riwayat sahih. Kaum teroris khawarij adalah anjing-anjing neraka. Mereka seburuk-buruk bangkai di bawah naungan langit. Sementara yang terbunuh oleh mereka, adalah yang terbaik di muka bumi!
Senyum Para Perwira
Arahan dan “restu” unsur pemerintah kami tempuh. Tim tidak hanya sowan ke pejabat sipil serta anggota DPRD. Tapi juga aparat TNI dan Polri. Mereka orang tua kita dalam konteks negara-bangsa. Pengayom tiap lapisan masyarakat.
Kami bertemu Perwira Tinggi Mabes TNI, Mayjen Muhammad Hasyim SSos. Beliau Dandim 0614 era Wali Kota Subardi SPd awal mengabdi di Kota Udang. Dandim 0620 masa mendiang Bupati Drs Dedi Supardi MM. Juga sempat Danyon Arhanudse-14.
Mayjen Hasyim menyatakan selama ini pelaku teror keliru menerapkan ajaran agama. Pemahaman mereka dangkal. Enggan membandingkan. Apa yang didapat ditelan begitu saja. “Tumbuh fanatisme pada ustadnya, sehingga mudah diarahkan menjadi bomber,” ujar perwira yang pernah berdinas di Lemhannas.
Senada disampaikan Danrem 063 SGJ, Kolonel Inf Ferry Sudijanto Sudin melalui Kapenrem Mayor Arh Ismail. Pengamatannya, antargenerasi teroris kini bergabung. Pergerakan mereka makin sulit dideteksi karena berbaur dengan masyarakat. “Semoga kehadiran majalah ini bisa membantu menerangkan mana pemahaman Islam yang benar, mana yang salah,” harap Ismail.
Tim juga mengunjungi Mako Brimob Detasemen C Polda Jabar. Kaden C Brimob Polda Jabar, AKBP Widodo SE MM melalui Wakaden Kompol Dudin Tapjani SSos mengungkapkan, misi tebar majalah anti-terorisme sejalan dengan Polri dalam hal kontra terorisme dan radikalisme. Pihaknya bersyukur ada yang peduli. Membantu Polri menyampaikan ajaran Islam sebenarnya. “Ini memang tugas bapak-bapak kiai,” katanya sambil tersenyum, didampingi Pa Siemin, AKP Deni Mulyadi.
Menurut Dudin, penanganan terorisme terkait erat dengan upaya deradikalisasi. Bagaimana menyadarkan mereka kepada pemahaman yang benar. “Agar saat kembali ke tengah masyarakat tidak lagi radikal,” tutur perwira yang sempat bertugas di Sumut itu.
Jajaran Brimob Kompi 4 Winong juga menyambut hangat. Ada Danki Iptu Abang Mulyana, Wadanki Iptu Yanyan Heryana, Pasi Ops Iptu Sajak Utomo, dan Brigpol Prabowo. Abang mengatakan program tebar majalah ini merupakan langkah strategis. Agar masyarakat dan anggota Polri khususnya, paham seperti apa kesalahan penerapan Islam oleh para teroris. “Sehingga kami di lapangan tidak ragu menindak mereka, demi melindungi diri dan masyarakat,” tegasnya.
Dukungan Kadisdik
Nyaris lupa teman lama. Begitu kesan saat menyambangi Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Cirebon, Drs H Jaja Sulaeman MPd. Terpana beberapa detik, setelah saya sebut koran ini, baru beliau ngeh. “Casing-nya sudah beda,” kelakarnya sambil mengajak ke ruangan.
Saat masih berburu berita, saya rajin mengonfirmasi Pak Jaja. Satu dekade lalu beliau Sekretaris Disdik. Hubungan kami akrab. Sehingga ketika program tebar majalah diutarakan, beliau mendukung. Bahkan akan menyiapkan surat rekomendasi bila diperlukan.
Disdik pintu gerbang sebelum tim bergerak ke sekolah. Kami mohon izin agar tebar majalah kepada para pelajar berjalan lancar. “Disdik mengapresiasi kehadiran majalah ini. Semoga bermanfaat bagi para pelajar dan guru,” ucap Jaja.
Bekal audiensi dengan pejabat terkait dirasa cukup. Tim turun ke sekolah, kampus, hingga kantor kecamatan. Alhamdulillah, semua merespons positif.
Semoga membuka kesadaran bersama. Upaya merintangi jalan para teroris jangan pernah habis. Kita cegat peluru dengan ilmu. Jazakumullahu khairan kepada anggota tim tebar majalah regional Cirebon.

✍ Oleh : Muhammad Rona Anggi (Abu Ali)

*) Terbit di Harian Radar Cirebon, Rabu, 2 Mei 2018.

By

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.